0

Bagan dan Jadwal Pertandingan Piala Dunia 2014

3

SI "PITUNG" DARI BANTEN

Bagi kita yang kenal film si Pitung, tentu tahu mengenai legenda si pitung yang suka merampok ke rumah-rumah orang kaya belanda lalu kemudian uang hasil rampokan dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Si Pitung yang merupakan cerita Legenda dari Betawi akrab di telinga kita karena cerita tersebut di film kan di layar televisi. Salah satu kelebihan dari si Pitung adalah tahan terhadap peluru dan kuat terhadap tebasan golok sehingga membuat si pitung berani merampok dan melakukan perlawanan terhadap para tentara Belanda. 

Kini, si Pitung seperti hadir dalam diri Wawan alias Tb Chaeri Wardana yang merupakan adik dari Gubernur Non Aktif Banten, Ratu Atut Chosiyah. Wawan yang dikenal juga sebagai suami dari Walikota Tanggerang Selatan Airin Rahmi Diani sedang tersandung dalam kasus korupsi (suap) Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Muchtar dalam kasus Pilkada Lebak – Banten dan Kasus Korupsi Alat Kesehatan (Alkes) Pengprov Banten dan juga tuduhan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang dilakukan dengan melibatkan beberapa aktris cantik.

Jika meliat sepak terjang nya, tentu ada kesamaan antara Wawan dengan Si Pitung, disamping sama-sama lelaki, wawan juga dikenal suka bagi-bagi kepada yang lain. Bedanya, jika si Pitung suka membagi-bagikan harta orang kaya untuk orang miskin yang kelaparan, justru wawan suka mengambil harta masyarakat guna dibagi-bagikan kepada orang yang sebetulnya sudah berada dalam batas kategori berkecukupan. 

Orang-orang yang mendapat kucuran “uang haram” dari wawan diantaranya adalah para anggota DPRD Provinsi Banten dan juga artis-artis cantik Ibu Kota yang justru secara keberadaan materi, bisa dikatakan mereka sudah lebih cukup daripada masyarakat banten yang justru ironisnya lagi menurut banyak pemberitaan di media, jumlah rakyat miskin dan penderita gizi buruknya cukup banyak. 

Selain itu, Banten sebagai sebua provinsi, dari total APBD nya hanya memiliki jumlah APBD sebesar 7 Triliun per tahun. Dari jumlah yang hanya sebesar itu – jika dibanding DKI dan Jawa Barat – APBD Banten masih lah sangat kecil harus dikorup pula dalam pengelolaan anggaran yang olehh notabene masih saudara dari Sang Gubernur nya sendiri. 

Sungguh Ironis memang apa yang terjadi pada diri Wawan alias Tubagus Chaeri Wardana ini. Disamping dia sebagai seorang adik dari Gubernur Banten, dia juga merupakan seorang suami dari Wali Kota Tanggerang Selatan. Apabila dilihat dari kecukupan materi, Wawan beserta keluarga sudah memiliki banyak kelebihan dibanding rakyat Banten itu. Tetapi nafsu akan dunia menjadikan nya ingin seperti “menguasai” segala-galanya sampai pulau pun dibeli dan puluhan mobil mewah dikoleksi. Padahal dua mobil saja sudah pasti tidak akan bisa dikendarai secara bersamaan, apalagi puluhan mobil. 

Apakah anugerah memiliki istri cantik, anak-anak yang sehat serta kecukupan materi masih kurang dimata Wawan? Ataukah memang nafsu dunia yang tidak akan pernah bisa memutus keinginan dari dalam diri? 

Kelak, si pitung dari Banten ini, yang melakukan perbuatan yang sama seperti si pitung dari betawi akan merasakan akibat dari apa yang telah dilakukan olehnya. Jika si Pitung saja yang secara niat sudah baik meskipun dengan cara yang tidak baik akan mati, apalagi Wawan yang secara perbuatan dan niat nya pun bisa dikatakan tidak baik. Akhirnya semua hanya bisa jadi pelajaran untuk kita yang hanya bisa melihat dari layar televisi.
0

Seperti Negeri tak Bertuan

Konotasi terhadap kata “negeri tak bertuan” adalah sebuah pulau kosong yang tak masuk ke dalam belahan Negara manapun, atau sebuah hamparan tanah yang berada diantara dua Negara sebagai batas antar Negara yang dijadikan sebagai patokan untuk kedua belah Negara. Tapi “negeri yang tak bertuan” yang saya maksud dalam judul tulisan ini bukanlah dua perumpamaan diatas, melainkan yang saya maksud adalah Kabupaten yang saya cintai dan diami ini, yaitu Kabupaten Subang. 

Sudah lama dalam hati rasa geram dan kesal menggerogoti hati, ingin berkata bahwa Kabupaten saya layaknya Kabupaten yang tak bertuan, yaitu Kabupaten yang seperti tidak memiliki Pemerintah. Tiap tahun jalanan rusak, berlubang, berdebu dan banyak korban kecelakaan hingga meninggal karena faktor jalanan. Tiap tahun pula pasti selalu ada pemandangan jalan yang ditanami oleh pohon pisang sebagai bentuk protes terhadap hilang nya peran pemerintah dalam penanganan persoalan kerusakan jalan-jalan di kabupaten subang.

Kenapa bisa setiap tahun jalanan di kabupaten subang rusak? Mau berapa banyak orang meninggal karena sebab jalan rusak? Dimana peran pemerintah ketika jalanan satu diperbaiki kemudian jalan yang lain jadi rusak? Siapa yang salah ketika semua sudah banyak terjadi? 

Selalu dan selalu dalih yang digunakan adalah kawasan jalan yang rusak adalah jalan pemerintah provinsi dan jalan pemerintah pusat, meskipun sebetulnya banyak pula jalan kategori jalan pemerintah daerah yang mengalami kerusakan. Lantas apakah jika yang rusak adalah jalan kategori jalan provinsi dan jalan pemerintah pusat, pemerintah daerah tidak punya kewajiban terhadap pemeliharaan dan perbaikan jalan tersebut? 

Atau pemerintah daerah akan berlindung dibawah alasan bahwa Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) belum disahkan sehingga pemerintah daerah belum bisa melakukan proses perbaikan terhadap semua rute jalan rusak yang ada di kategori jalan pemerintah daerah? Apakah rakyat awam akan mengerti terhadap itu semua? 

Jika Pemerintah mau mengerti, persoalan mengenai kerusakan jalan sama halnya dengan persoalan mengenai bencana banjir yang terjadi beberapa hari yang lalu dikawasan subang utara. Semua itu terjadi karena Pemerintah tidak perna serius dalam mengurusi semua persoalan hajat hidup manusia. Tidak ada kebijakan yang serius dan predictable, semua dilakukan seolah-olah tanpa rencana dan prediksi. Jika memang merencanakan, pemerintah seharusnya bisa pula memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti kapan datangnya musim penghujan, kapan waktunya musim mudik dan lain-lain. 

Ingatlah semboyan yang menyatakan bahwa: Gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan. Jika pemerintah daerah dalam merencanakan saja sudah gagal, maka jangan berharap ada sebuah prestasi yang bisa diraih dalam masa atau periode pemerintahan kabupaten subang ini. Kabupaten ini hanya akan jadi Kabupaten tak bertuan, dimana rakyatnya akan merasa tak pernah dipimpin dan pemimpin nya tak memiliki yang dipimpin.
 

Translate

Search This Blog