0

“2012”

Tulisan ini dibuat setelah penulis* menonton film yang cukup kontroversial akhir-akhir ini yaitu film “2012”…. Film nya cukup bagus, dengan berbagai visual ala hollywood banget lah…dimana kita bisa lihat berbagai gedung hancur dan jalan-jalan retak karena gempa bumi….wuih…pastinya memang bener-bener karya hollywood banget. Yang paling membuat saya menggelengkan kepala adalah tulisan dari “filmcritic.com” yang menulis “BEST DISASTER MOVIE ALL OF THE TIME” di bagian sampul DVD tersebut yang saya dapat malam ini dari my father yang baru pulang dari luar kota. Pikir aja coba…ya iya lah film bencana terbaik sepanjang masa….yang diflmkan nya “Kiamat” coba….mana ada yang lebih dahsyat selain kiamat bencana nya? Ngarang aja nih orang bikin tulisan……

Lalu kemudian, apa yang menjadi dasar dari MUI kota Malang melarang penayangan film ini di kota tersebut? Padahal kalau dilihat, gak ada tuh yang kontroversial-kontroversialan….semuanya dibuat dengan hal yang cukup baik, tanpa melibatkan peran “agama” dalam proses iktiari manusia untuk mendapatkan keselamatan….atau jangan-jangan yang buat fatwa belum nonton nih film nya….he..he..he..bisa jadi sih…sebab biasanya oang menilai sesuatu itu dasar nya kata orang gini dan gitu….jadinya gak bisa menilai dengan obyektif…..atau mungkin, justru fatwa haram tersebut adalah fatwa pesanan supaya meningkatkan jumlah penonton di biosko-bioskop…?? Kan semakin kontroversial sesuatu, sesuatu tersebut makin dicari orang…karena bayangin aja nih…baru tiga hari diputar di bioskop-bioskop seluruh dunia, pendapatan flm ini sudah mencapai 2 triliun dollar brow…..gila yee…duit semua tuh sob….dollar lagi…bukan rupiah…he..he..he..

Tapi, lepas dari berbagai “kontroversi” yang ada di film tersebut, kita bisa mengambil berbagai makna….(mulai berat nih omongan….kyk yang nulis nya aja..he..he..he..) Mulai dari bagaimana semua orang mempunyai harapan dan cita-cita…. (FILSAFAT HARAPAN) kemudian bagaimana semua orang ber-usaha untuk bisa selamat, meskipun banyak juga yang sudah berpasrah diri dan menyatakan bahwa semua umat manusia tidak akan selamat…..(IKHTIAR DAN TAKDIR) lalu kemudian bagaimana ketika mulai-mulai klimaks nya film ini….ketika perahu besar yang dipersiapkan untuk menampung manusia akan berangkat dan telah menutup pintu kapal ada yang namanya nilai-nilai kemanusiaan yang hadir di jiwa-jiwa pemimpin dunia melihat para orang-orang yang tertinggal dan tidak masuk kapal tetapi kemudian akhirnya mereka masuk setelah para pemimpin duna tersebut menyatakan kalau mereka semua yang masih ada diluar diperbolehkan untuk ikut masuk ke kapal tersebut….(MANUSIA DAN NILAI2 KEMANUSIAAN) Yang bisa kita lihat ternyata dimanapun nilai-nilai universal seperti itu juga ada di film tersebut.

Maka pelajaran yang bisa kita petik dari film tersebut adalah…….Yang pertama adalah kalau ada film bagus….cepet-cepet kita nonton….karena kalau ketinggalan informasi di era modern ini malu juga ya ternyata…..he..he..he…bercanda bos itu mah…..yang bener nih gini….kalau kita tidak mengetahui tentang sesuatu, lebih baik diam aja deh jangan banyak ngomong….salah-salah, tadinya mau nya bimbing umat malah jadi bikin orang lain tersesat… Yang Kedua adalah bahwa ternyata jangan pernah kita kehilangan harapan karena hanya dengan harapan lah kita bisa terus bergerak menggapai cita-cita….. Yang ketiga adalah bahwa persoalan-persoalan ghaib (kiamat) itu bukan milik kita….baik itu kapan dan bagaimana, tapi yang harus kita lakukan adalah terus memaknai nilai-nilai hari akhir tersebut sebagai cara kita membalas kebaikan tuhan dengan banyak-banyak bersyukur, bahwa kita masih hidup hari ini dan hidup kita ini mau kita bawa kemana ya tergantung kita, kiamat itu hal yang sudah pasti dan tidak kita tunggu pun dia pasti datang.

Ok deh bos gitu aja deh dari saya….semoga nyambung aja nih tulisannya….kalau gak salah nih ini tulisan selesai saya tulis jam 04.42….waduh ternyata sudah pagi lagi ya….he..he..he..gak apa deh…nunggu subuh datang juga kan…. Mohon maaf ya dah duluan nonton film 2012 nya….Wassalam…..

0

BINGUNG MAU NULIS APA YA……..??

Wah……bingung nih mau nulis apa. Semuanya serba tak terbayangkan. Gak ada Inspirasi dan gak ada hal yang bisa dijadikan sebuah bahan tulisan, Kondisi nya emang serba salah. Disatu sisi biasanya inspirasi biasa muncul sama gue kalo emang sering duduk di depan computer sambil dengerin music, nah baru tuh biasanya dapet ide buat nulis sesuatu ya meski kadang tulisannya malah disimpen-simpen juga di Folder data gue di computer, tapi memang setidaknya gua dah nulis dan itu adalah datang dari inspirasi-inspirasi gue.
Sekarang kondisi nya serba sulit banget Brai…..gue bingung dan serba salah kalo dihadapan computer, selain gak punya inspirasi gue kalo ada di depan komputer pengennya YMan atau Fban terus. Init uh terjadi sejak di rumah gue komputernya dipasang pernagkat Internet yang akhirnya bikin gue malah cuman duduk seharian di depan komputer gue buat chatingan doing sama yang belum jelas manfaat nya sebenernya. Kalo dipikir-pikir emang sih, apa manfaat nya ya buat kita semua seharian aja duduk didepan komputer cumin buat ngobrol sama temen kita yang seharihari malah ngobrol sama kita terus karena ita ketemu di FB kita malah asyik ngobrol sama dia. Emang aneh kalo dipikir-pikir. Tapi itulah kita. Ha..ha..ha…

Selain itu memang kondisi yang gue hadapin selaku umat muslim yang sedang melakukan ibadah puasa membuat gue susah berpikir, ternyata emang bener ya, kalo orang lapar dan lemes itu susah buat mikir hal-hal yang berat-berat, mungkin itu salah satu hikmah yang bisa kita dapet dari ber-puasa, yaitu kita tuh harus selalu kenyang…ha..ha..ha…(hikmah apa maruk ya…???..)
Terus selain daripada dua hal diatas yang buat gue jadi gak pernah dapet inspirasi buat nulis adalah mulai ber-kurangnya intensitas gue buat baca-baca buku. Biasanya sih gue selalu sempet buat baca-baca buku tiap harinya, ya meskipun hanya beberapa lembar saja tapi itu tuh jadi semacam stimulus pemikiran buat gue untuk selalu terus-terus berpikir yang akhirnya inspirasi tuh datang sama gue. Ya…mungkin karena ber-puasa juga sih gue jadi males buat ngapa-ngapain termasuk buat baca buku didalemnya.
Gue serius bingung gimana caranya ya buat gue supaya bisa dapet inspirasi lagi di bulan ramadhan ini tanpa harus kehilangan moment dan semangat. Soalnya memang kondisi nya tuh agak sedikit rumit sebab selain emang gue punya janji buat nulis sama Mamang gue terus ditambah waktu dan belum munculnya inspirasi di kepala gue jadi nya bikin kepala nih tambah puyeng dan serasa punya salah.
Semoga gue cepet dapet kembali inspirasi itu. Sehingga gue bisa lagi nulis dengan ber-munculannya inspirasi-inspirasi di kepala gue. Mudah-mudahan curhatan ini dating sebagai sebuah inspirasi awal buat gue sehingga inspirasi berikutnya bisa segera muncul dan bisa menjadi sebuah tulisan lagi, meskipun gak berat isinya namun bisa menjadi hal yang baik bagi hgue khususnya. Amin. Yakin Usaha Sampai.
0

SUSAH NYA BACA BUKU……..???


Membaca buku memang sangat sulit sekali rasanya. Apalagi dengan buku yang berhubungan dengan buku-buku yang kelas nya “berat”. Seperti buku-buku filsafat, teologi dan sosiologi yang banyak menggunakan kata-kata ilmiah dan sulit sekali untuk dicerna makna dan isi nya, menjadikan semakin malas saja untuk membaca. Padahal sebagai Mahasiswa, yang notabene adalah merupakan para intelektual muda, seharusnya buku merupakan kawan yang sangat dekat sekali, karena buku adalah jendela wawasan kita mengenal alam semesta.

Merupakan hal yang sangat wajar dan bisa dimaklumi apabila kita dimasa yang seharusnya sudah akrab sekali dengan buku malah justru jarang atau mungkin tidak pernah membaca buku. Karena budaya membaca justru tidak menjadi tuntutan kepada kita semua dimasa-masa awal sekolah. Maka budaya membaca buku adalah hal yang baru dikalangan kita yang memang jarang membaca buku.


Membaca buku pun tidak semata-mata kita bisa langsung menjadikan hal tersebut sebagai sebuah kebutuhan. Seseorang tidak akan bisa langsung merubah dirinya dari seseorang yang malas untuk membaca buku menjadi orang yang langsung bisa dan mau serta tertarik membaca buku dalam satu dua hari. Kebiasaan membaca buku harus timbul dari sebuah keinginan dari dalam jiwa kita akan sebuah kebutuhan yang dirasakan masih bayak terdapat kekurangan dan keterbatasan kita dalam memahami sesuatu yang apabila kita membaca buku, menjadikan kita ter-cukupi kebutuhan akan dahaga intelektual yang belum tercukupi sama sekali.

Mengawali sebuah kebutuhan membaca buku bisa kita mulai dengan cara memulai membaca buku-buku novel dan cerita yang membuat asyik dalam membaca nya. Hal terseut sebagai perangsang awal agar kita mau membaca buku. Karena diawali dengan hal yang menarik supaya melatih pula kekuatan mata kita dari “serangan” kantuk yang medera kita dikala membaca buku terutama buku-buku kelas berat seperti buku filsafat, teologi, dan juga sosiologi.

Tujuan dari membaca buku ialah agar bisa mengetahui atau menangkap maksud dan tujuan dari si penulis buku dan juga menangkap pesan apa yang ingin disampaikan oleh si penulis buku tersebut. Untuk meendapatkan maksud dari apa yang ingin disampaikan oleh si penulis tersebut, maka awalilah membaca dari oleh sebuah penganta tokoh yang berusaha menjelaskan maksud dan tujuan dari pembuatan buku tersebut oleh si penulis. Itu adalah hal yang harus untuk dibaca oleh kita, agar ketika nanti telah sampai di pembahasan buku tersebut kita tidak bingung lagi atas hal apa yang sedang dibahas dalam buku yang sedang kita baca tersebut.

Lalu kemudian masuk ke daftar isi dan juga pendahuluan dari si penulis. Ini hal yang penting pula karena dalam daftar isi dan pendahuluan tercantum gambaran umum dari buku tersebut dan hal-hal apa saja yang akan dibahas dalam buku tersebut. Disini apabila kita hanya ingin membaca bab tertentu maka disana lah tempat untuk kita bisa memilih nya. Selanjutnya mungkin anda bisa membaca buku seperti biasa anda membaca. Apabila mendapatkan sesuatu yang dianggap sulit untuk dipahami maka jangan malu untuk bertanya kepada orang yang kita anggap memahami tentang persoalan yang kita anggap rumit tersebut. Dan juga untuk hal-hal yang kiranya tidak sesuai dengan apa yang hati dan pengetahuan kita pahami tentang sesuatu yang terdapat dalam buku tersebut, maka janganlah langsung kita “telan mentah-mentah” dan juga jangan kita tolak tanpa dasar yang jelas, tapi simpan aja di perpustakaan akal, agar nanti ketika sudah tahu jawaban nya kita verifikasi hal-hal yang tidak sesuai tersebut.

Itulah mungkin sedikit yang bisa saya gambarkan untuk kita jadikan sebagai bahan acuan bersama. Terutama untuk diri saya pribadi dan kita semua umumnya yang belum bisa menjadikan membaca sebagai sebuah kebutuhan yang harus terpenuhi seperti kita membutuhkan makan dan minum. Semoga tulisan ini bermanfaat. Kurang lebihnya saya ucapkan beribu maaf yang sedalam-dalamnya. Yakin Usaha Sampai. Bahagia HMI
0

Aliran Filsafat Kontemporer

Kalau kita sepakat bahwa obyek kajian filsafat adalah untuk mengetahui realitas atau hakikat segala sesuatu maka pertama-tama kita harus membedakan terlebih dahulu paradigma filsafat Barat dan paradigma filsafat Islam.

Dalam filsafat Barat (baca: modern) realitas obyektif adalah dunia materi, fisikal, atau lahiriah. Realitas adalah segala sesuatu yang hanya dapat ditangkap melalui metode ilmiah. Hampir-hampir mereka menganggap bahwa dunia ini tidak memiliki dimensi transendental. Kita tidak akan mendapati konsepsi yg jelas dari filsafat barat mengenai realitas spiritual.Oleh sebab itu aliran yang berpengaruh kuat dalam filsafat barat adalah materialisme, empirisme,atau positivisme yang selanjutnya menjadi fundamen ilmu sains.


Meski demikian ada aliran yang kurang lebih mengandung gagasan tentang realitas spiritual seperti dalam idealisme atau eksistensialisme. Namun itu hanya berakar dari gagasan rasional semata yang senantiasa mereka tempatkan di dalam dunia ide. Bagi mereka dunia ide ini tidak nyata.

Sebaliknya, dalam Islam –sebagaimana diadopsi dari Plato– dunia Ide ini adalah dunia nyata. Dunia nyata adalah alam haqiqah, dunia obyektif yang sesungguhnya.
Realitas dalam konteks pengetahuan Islam tidak terbatas pada relitas empirik saja (inderawi), tetapi juga realitas ide tersebut yang sering disebut sebagai realitas spiritual. Oleh sebab itu aliran filsafat dalam Islam juga banyak beririsan dengan aliran mistik (sufisme).
Wahyu Islam memandang bahwa manusia telah dianugerahi fakultas- fakultas untuk mengenali alam dan bentuk-bentuk kesadaran untuk mengetahui realitas di sekitarnya.Oleh sebab itu di dalam filsafat Islam tidak hanya diakui dunia empiris yang bisa dicerap indera, tetapi juga pengetahuan rasional hasil dari spekulasi akal, dan pengetahuan intuitif yang berasal dari cerapan qalbu.

Saya setuju dengan kategorisasi yang dilakukan oleh Murtadha Muthari (1993) yang membagi empat metode pemikiran (baca: metode filsafat; yang selanjutnya bisa disebut sebagai aliran filsafat) yang masing-masing memiliki karakter khusus di bawah pengaruh ajaran Islam, yaitu:
a. Paripatetism (Masyaiyah)
Mengandalkan deduksi, logika, dan spekulasi rasional. Mengadopsi gagasan filsafat yunani yang secara tidak langsung mensintesakan ajaran Aristoteles dan Plato. Tokoh-tokohnya seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina (periode awal), Ibn Rusyd, dll
b. Kalam
Mengandalkan deduksi rasional dan logika yang didasarkan atas teks-teks atau postulat-posutlat wahyu. Mereka yang tidak pernah menggappendekatannya sebagai pendekatan filsafat ini melahirkan tiga aliran besar teologi Islam: Mu’tazilah, Asy’ariyah dan (silahkan sepakat atau tidak:) Syi’ah.
c. Irfan (atau ma’rifah)
Mengandalkan intuisi mistik, melalui metode penyucian bathin. Aliran ini merupakan mainstream utama dalam aliran sufisme, tokoh-tokohnya seperti: Al-Hallaj, Abu yazid Bustami, Syibli, dan lain-lain.
d. Iluminasi (isyraqi)
Menggabungkan seluruh metode dengan memberdayakan keseluruhan potensi laten manusia baik itu rasio, logika, intuisi, dll. Tokoh-tokoh aliran ini misalnya Suhrawardi, Ibn Arabi, Mulla Sadhra, Iqbal, dll.
0

Eksistensi dan keberlangsungan manusia



Eksistensi dan keberlansungan manusia merupakan sebuah hasil dari nilai Ikhtiar Manusia tersebut, dimana mereka menjadikan dirinya sebagai seorang yang mendapatkan anugerah untuk bergerak dan meng-optimalkan berbagai potensi yang ada pada dirinya menjadi sebuah hasil.

Keberlangsungan dari nilai-nilai gerak yang telah dioptimalkan tersebut harus pula disadari oleh manusia bahwa setiap konsep hadir pada dirinya mempunyai tanggung jawab tersendiri yang didapatkan melalui sebuah perenungan pencarian hikmah yang mendalam melalui sebuah metode perenungan yang dalam akan hakikat sesungguhnya manusia tersebut.


Pertanyaan yang hadir dan menjadi sebuah hakikat adalah ketika manusia menyadari dirinya berasal dari mana dirinya dan akan menuju kemana kah dirinya tersebut dan dengan cara apa kah manusia tersebut dapat kembali kepada nya dengan jalan yang benar dan sesuai dengan apa yang semestinya dijalankan.

Ketika berbagai keraguan tersebut telah sirna pada manusia tentang hakikat dirinya sendir, dan telah menemukan kesejatian yang abadi maka dirinya adalah manusia yang telah bisa menjadikan dirinya sejajar dengan para aulia-Nya yang sama-sama sudah menyaksikan diri-Nya secara kasaf.

Ketika kita telah sadar, kita akan melihat bahwa sebenarnya bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah sebuah ketiadaan saja, dan yang Ada hanya lah keber-Ada-an saja. Keber-Ada-an tersebut hanyalah Dia saja, sang pemilik Ke-Abadi-an yang sesunguhnya yang tak pernah tertidur, tak pernah mengalami ke-tiada-an.

Kepercayaan terhadapnya menjadikan kita mempunyai sebuah Ke-Iman-an dimana ke-iman-an tersebt adalah sesuatu yang telah dilakukan penilian terhadap kepercayaan tersebut. Kepercayaan yang hadir dalam manusia tidak semata-mata sebuah kepercayaan yang tidak berlandaskan pengetahuan, melainkan sebuah kepercayaan yang hadir berdasarkan pengetahuan yang objektif dan benar.

Ketika ke-iman-an manusia terhadapnya sudah mendapatkan esensi yang sebenarnya maka manusia akan bisa menjalankan segala sesuatu yang dikehendaki nya baik itu menjalankan perintahnya maupun meninggalkan larangannya. Perbuatan tersebut sebagai manifestasi atas Ke-Tauhid-an kepada Dzat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan yang tetlah ter-ejawantahkan kedalam perbuatan manusia sesuai dengan yang telah diajarkan kepada manusia atas contoh Tuhan dimuka bumi yaitu melalui para utusan nya yang terbaik yaitu Muhammad SAW.

Contoh terbaik tersebut adalah contoh yang paling sempurna dan yang terbaik, contoh yang apabila mengikuti kepada Manusia sempurna tersebut maka umat manusia akan selamat dari api neraka Nya dan akan dibawa kepada Surga Nya yang Indah dan Menyenangkan. Maka manusia apabila menginginkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat, maka men-contoh nya dalam segala perbuatan dan tindakan adalah melalui perbuatan-perbuatan seperti sang Rosul. Baik itu cara ber-ibadah maupun segala perbuatan sampai kepada cara-cara kecil beliau telah mencontohkannya.

Seperti halnya dalam ber-ibadah, Rosul telah mencontohkan bagaimana cara ber-ibadah yang baik dan benar, dimana beliau seperti halnya menberikan keterangan bahwa solat yang baik adalah solat seperti dirinya. Begitupun dalam ber-ibadah dalam bulan ramadhan yang akan kita songsong sebentar lagi, beliau mencontohkan dengan amalan-amalan yang baik pada bulan yang mulia tersebut. Karena apabila kita memaknai bulan yang baik tersebut dimana segala perbuatan baik akan ber nilai berlipat-lipat ganda.

Maka marilah kita perbanyak amalan kita di bulan yang mulia ini karena bulan ini adalah bulan yang sangat suci, bulan dimana bulan turunnya Al-Qur’an, bulan dimana tidur nya orang mukmin adalah ibadah. Sungguh sangat mulia bulan ini apabila kita bisa mengisi nya dngan berbagai kegiatan yang positif dan penuh manfaat baik itu untuk kita ataupun kita berbuat baik untuk sesama.
2

HMI dan Perkaderan Pemimpin Bangsa

Kondisi Bangsa ini pasca Pilpres begitu memprihatinkan sebetulnya. Sebuah kondisi dimana para elit politik sangat senang untuk melakukan berbagai cara nya agar kekuasaan dapat dimiliki juga bias menggulingkan lawan supaya tidak merongrong kekuasaan yang akan didapatkan. Ternyata krisis yang terjadi bukanlah pada tataran krisis regenerasi kepemimpinan tetapi juga krisis pada ahklak dan moralitas kepemimpinan.
Berkaca dari berbagai sikap dan pembicaraan yang dikeluarkan oleh mereka para elit sungguh tidak bisa memberikan teladan yang bisa menjadi contoh untuk rakyatnya. Maka bisa kita katakan bahwa mereka memang tidak pantas untuk menjadi pemimpin politik di Negara kita ini, apalagi pemimpin umat sekaligus.
Seorang pemimpin adalah seorang yang dilahirkan dalam sebauh jaman yang menciptakan dirinya menjadi pemimpin. Seperti halnya sebuah tanaman akan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik apabila lingkungan dan kondisi serta metode penyemaian nya bagus, maka tanaman tersebut akan menjadi tanaman yang subur.
Maka seperti itulah seorang pemimpin bisa menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Pemimpin yang lahir dan tumbuh (di-kader) oleh realitas jaman. Pemimpin seperti inilah yang akan menjadi pemimpin umat dan bangsa. Bukan pemimpin yang dipilih berdasarkan suara terbanyak dan dukungan uang yang melimpah ruah.
Itulah kondisi sebenarnya dari keadaan krisis yang dialami Indonesia, ketiadaan pemimpin yang bisa dijadikan contoh yang sempurna oleh Ummat dan Bangsa. Pemimpin yang member contoh lebih dahulu sebelum member perintah, pemimpin yang siap untuk meninggalkan kepentingan pribadi dan memilih mendahulukan kepentingan umat dan bangsa nya.
Lantas adakah solusi bagi kita untuk mengatasi persoalan krisis kepemimpinan di Negara kita ini? Jalan apa yang bisa kita tempuh untuk menyelesaikan permasalahan ini? Seharusnya, pemimpin-pemimpin yang lahir dan memimpin Negara ini adalah orang-orang yang dihasilkan oleh sebuah system kaderisasi yang bagus, bukan dihasilkan oleh cara yang asal dan tidak jelas. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah Organisasi Perkaderan, dimana dalam prosesnya terdapat sebuah system yang telah dibuat dengan baik sedemikian rupa sehingga nanti, para alumnus nya diharapkan menjadi calon-calon pemimpin yang siap pakai di lingkungan nya masing-masing, baik itu sebagai pemimpin perusahaan, pemimpin sebuah Organisasi, Pemimpin sebuah masyarakat atau pun pemimpin Negara dan Bangsa
Maka dari itu, sebagai Kader HMI kita tetap harus menjalankan terus perkaderan ini. Sehingga Ke-pemimpinan BAngsa yang sedang dalam krisis ini menjadi hilang karena para kader HMI telah mengisi pos-pos nya masng-masing di berbagai bidang. Semoga HMI bisa tersu Berjaya. Yakin lah Usaha mu niscaya akan sampai. Hidupkan terus porkaderan, karena tanpa perkaderan Organisasi ini hanyalah sebuah Organisasi tanpa makna.
1

BUDAYA BERPACARAN DALAM PERSPEKTIF PSIOLANALISA


KBUDAYA BERPACARAN DALAM PERSPEKTIF PSIOLANALISA/span>

Dewasa ini, para remaja dihadapkan pada sebuah kondisi yang membuat bahwa mempunyai seorang pacar adalah sebuah keharusan. Kondisi yang membuat sebagian orang terasa begitu tertekan karena ketika tidak mempunyai pasangan menjadi seorang yang tertekan oleh keadaan sekitar, baik itu dikarenakan oleh semacam ledekan atauapun hal-hal lain semacamnya bahwa ketika tidak mempunyai seorang pacar dianggap tidak normal baik itu pihak perempuan sendiri ataupun pihak laki-laki.
Apabila melihat kondisi yang semacam ini telah menjadi sebuah “trend setter” baru dimana mempunyai pacar adalah hal yang membanggakan dan dianggap sebuah hal yang menjadi kemestian, benarkah semua itu?

Belum lagi apabila melihat sinetron-sinetron dan film-film di Indonesia, sekarang ini cerita – cerita yang ditampilkan pasti bercerita tentang hal-hal tersebut, saling bererbut pasangan, cinta tak sampai dan lain-lain yang ending nya sudah bisa ditebak dan garing. Juga dengan eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur yang harus menampilkan adegan-adegan berpacaran. Mungkinkah itu wajah asli kebudayaan indonesia?

Dampak yang paling banyak dilihat langsung secara empiris, bahwasanya angkan kehamilan diluar nikah di negara ini semakin hari semakin banyak, shingga banyak praktik-praktik aborsi bermunculan, yang membuat saudara-saudara kita, ataupun tetangga-tetangga kita tiba-tiba kita dengar telah menikah secara tiba-tiba dan beberapa vulan kemudian telah melahirkan padahal jarak dari pernikahan nya belum terlalu lama.
Dilihat dari sebuah sudut pandang psikoanalisa Sigmun Freud - yang menyatakan bahwa manusia mempunyai dua alam yaitu alam sadar dan alam bawah sadar – dan semua hal-hal yang ter-ejawantahkan kedalam sebuah tindakan berasal dari alam bawah sadar sana. Maka sebetulnya manusia-manusia yang menyatakan bahwa mempunyai seorang pasangan (pacar-red) adalah sebuah keharusan maka benarkah hal tersebut murni berasal dari budaya kita atau tindakan-tindakan yang itu tuh murni menurut kita benar? Ataukah kita secara tidak sengaja mendapatkan serangan kepada alam bawah sadar kita oleh susupan media barat yang menjadikan kita merasa harus mempunyai seorang pacar disaat kita masih belum mempunyai kerjaan misalnya?
Kalo kita bisa menelaah lebih lanjut misalnya kedalam kebudayaan kita – budaya ketimuran – yang bercampur dengan budaya Islam khususnya, ternyata kita tidak melihat akar yang jelas dari kebudayaan itu. Artinya kebudayaan tersebut bukanlah kebudayaan asli indonesia, dan ketika bukan budaya asli indonesia, maka pasti ada agen-agen yang telah menyusupkan budaya tersebut ke dalam budaya indonesia yang bertujuan merusak remaja-remaja indonesia, sehingga banyak remaja-remaja di Indonesia yang notabene harapan bangsa ini hancur, maka setelah itu, niatan mereka menguasai indonesia dengan mudah akan bisa dilaksanakan dengan mudah tanpa harus melakukannya dengan perang, cukup dengan merusak remaja-remaja nya.
Tidakah kita sadar bahwa serangan-serangan tersebut sudah menjalar kedalam berbagai kebudayaan kita, sehingga budaya America dan Barat masuk dan menjadi budaya Bangsa ini. Kapan kita akan sadar? Itu semua tergantung anda semua.
0

Konsep TFI



KONSEP KE-ARIF-AN LOKAL

DALAM PENGEMBANGAN POLA PERKADERAN (TFI)





Pendahuluan

Himpunan Mahasiswa Islam merupakan Organisasi Perkaderan yang sudah terbukti dan diakui sebagai Organisasi Pencetak banyak Kader Bangsa yang menjadi Tokoh. Keberadaan HMI sebagai Organisasi ditingkat Mahasiswa memang menjadi sebuah keuntungan tersendiri dimana para anggota / kader nya merupakan orang-orang intelektual muda yang masih penuh dengan gairah dan darah yang meledak-ledak, menjadikan organisasi ini penuh dengan ide-ide brilian dan cemerlang khas anak muda juga segar dengan pemenuhan kebutuhan Intelektual bagi mereka yang sedang giat-giat nya mencari ilmu dan pengetahuan.


HMI dirasa sudah mencapai tahap dan tingkatan bisa memenuhi dahaga Intelektual untuk para Kader nya. Para Kader HMI selain mereka paham akan Bidang Ke-ilmu-an nya masing-masing, juga bisa mendapatkan pengetahuan di luar bidang akademis mereka di kampus. Apalagi jika melihat track record yang telah dibuat oleh para senior dan alumni HMI yang telah banyak sukses dengan bergelut di bidang Politik praktis menjadikan HMI ini seolah-olah sebagai “Sekolah Politik” yang paling murah dan paling hebat dalam mencetak kader-kader nya, sehingga yang terjadi adalah para kader HMI ini adalah para kader yang dicetak dalam suasana Perkaderan Politik, yang membuat satu sama lain diantara para Anggota HMI menjadi senang untuk ber-konflik satu sama lainnya. Di satu sisi, sebuah konflik adalah alat untuk membuat sebuah Organisasi menjadi cepat dewasa dalam pola pemikiran, namun konflik yang terjadi antara kader HMI adalah konflik kepentingan dimana konflik tersebut muncul karena adanya “kepentingan” para senior dan alumni demi mempertahankan “gerbong” kekuasaan nya.


Sehingga sebuah Orientasi dari perkaderan di HM seperti pelatihan LK I, II, dan III hanyalah digunakan sebagai syarat untuk kepentingan moment-moment politik seperti kepentingan RAK, KONFERCAB, MUSDA, dan juga KONGRES,

Suasana dan kultur seperti inilah yang membuat HMI menjadi semakin mundur. Karena proses pembinaan para kader HMI dimulai oleh sebuah Perkaderan Politik bukan Poltik Perkaderan. Kuktur politik ini membuat kultur Intelektual di HMI menjadi semakin pudar, apalagi dengan kultur dan suasana ke-islam-an nya, HMI menjadi semakin memudar. Sehingga menjadi wajar saja apabila HMI dituduh sebagai Organisasi Sekuler oleh Organisasi Ke-Mahasiswa-an yang lain.

Konsep Perkaderan Berbasis Ke-Arif-an Lokal

Sebuah perkaderan di HMI tidak akan pernah bisa disamakan dalam berbagai hal. Kondisi masing-masing Cabang sangat mempengaruhi sekali karakteristik perkaderan di HMI. Apabila Cabang yang bersangkutan lebih condong kepada arah Politik, maka seara tidak langsung paradigma yang terbangun adalah paradigma politik, dimana kader yang tercipta adalah kader yang pragmatis, oportunis, dan berpikir materialis sehingga berani melacurkan organisasi ini demi kepentingan pribadi.

Akan tetapi lain hal nya apabila sebuah Perkaderan di Hmi ini dimulai dengan sebuah penggemblengan Intelektual dimana kader dibina dengan berdasarkan kepada sebuah paradigma perkaderan yang di dasarkan kepada konsep perkaderan intelektual dan spiritual berdasarkan konsep ke-arif-an lokal.

Hal ini tidak akan bertolak belakang dengan pola pembinaan kader, karena sebetulnya sebuah perkaderan ketika hanya berdasarkan kepad format perkaderan yang baku tanpa mempertimbangkan nilai-nilai Ke-arifan Lokal sebuah Cabang, maka kader yang dihasilkan dari proses perkaderan hanyalah kader yang tidak memiliki sebuah nilai sensitif local area atau sensitifitas terhadap keadaan sekelilingnya. Maka perkaderan di HMI ini tidak bisa dipukul secara rata secara konsep dan prkatik nya, karen secara kultur ke-wilayahan HMI ini berada di berbagai daerah yang berbeda dan dengan karakteristik daerah yang berbeda, sebagai contoh sebuah Latihan Kader I (Basic Training) di Daerah Papua tidak akan bisa di samakan dengan Format Perkaderan di Aceh misalnya.

Bagaimana sebenarnya sebuah konsep perkaderan yang berdasarkan konsep ke-arif-an lokal itu? Sebuah Cabang ini berada dalam sebuah wilayah kabupaten atau kota di Indonesia ini. Setiap Kota atau Kabupaten ini pasti memiliki sebuah nilai-nilai luhur yang menjadi sebuah ciri khas dalam suasana perwujudan kebudayaan dan kemasyarakatannya. Inilah yang disebut dengan Ke-arif-an Lokal. Artinya orang-orang yang menjadi Kader HMI ini adalah Kader-kader yang dibangun oleh karakter, kultur dan suasana di wilayah Kota/Kabupaten tersebut. Menjadikan Sebuah nilai-nilai karakter, kultur, dan suasana di wilayah tersebut menjadi sebuah basis pengkuatan paradigma kader adalah hal yang bagus untuk kondisi kader tersebut.

Suasana ini adalah hal-hal yang terbangun dengan menggunakan metode pendekatan diantara seorang kader yang telah menjadi senior dengan kader yang lebih junior tanpa membedakan posisi nya pada saat tersebut. Feodalisme itu terbangun karena diantara Kader lama dan kader baru “diciptakan” sebuah jarak yang seharusnya tidak ada. Keberadaan seorang senior adalah karena siapa yang duluan masuk ke HMI saja.

Sekeping Solusi Pembangun.

Sebuah Cabang yang peka terhadap keberlangsungan sebuah perkaderan yang bagus, akan menanamkan nilai-nilai yang berbeda dengan kondisi nilai yang lain di tiap-tiap cabang, dan hal ini memang terjadi dikarenakan kondisi lingkungan, geografis, serta masyarakat secara jelas berbeda sekali. Maka dari itu, dalam garis besar nya sebuah perkaderan harus dimulai dengan mengutamakan konsep perkaderan berbasis ke-arif-an lokal bukan penyamarataan seperti yang terjadi di dalam sistem pendidikan negara indonesia.

Dilihat dari satu aspek, sebuah perkaderan yang berbasis pada ke-arif-an lokal akan menjadi lebih berbobot dan mempunyai nilai ke-istimewa-an yang lebih jika ditambahkan dengan sebuah sentuhan cinta dan kasih. Karena sebuah proses perkaderan yang baik bukan dibuat dengan sentuhan premanisme dan feodalisme tapi berdasarkan kepada nilai-nilai cinta dan kasih sayang yang baik, tetapi bisa diterjemahkan dengan sederhana tanpa mengurangi isi.

Ada sebuah konsep yang menaungi hal tersebut, dimana dalam penyelenggaraan nya HMI Cabang Subang menamai konsep tersebut dengan konsep Training Formulasi Identitas (TFI) yang mempunyai lima (5) jenjang.

Dalam konsep ini, para kader HMI nantinya diharapkan bisa menjadi kader konseptor-konseptor baik di wilayah internal yang mengurusi bidang pendidikan, perkaderan, dan pembinaan anggota, ataupun di wilayah eksternal HMI sebagai kontrol sosial tanpa ‘terjerat” leh aspek-aspek pragmatis sosial kemasyarakatan.

Sehingga diarapkan kedepannya para kader HMI ini yang menjadi Kader Bangsa dan Kader Umat ini akan bisa mengemban misi Organisasi HMI yaitu mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Amin.....

 

Translate

Search This Blog