0

Mobil Murah dan Kacang Goreng

Judul nya agak ekstrem, karena judul diatas sama seperti membandingkan sebuah barang mewah yang meskipun harga nya sudah dimurahkan, tapi sebenarnya tetap saja mahal harganya, bagi siapapun yang belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Yang dalam bahasa ekstrem nya pula bisa ketemu makan pagi tapi belum ketemu makan sore harinya. 

Kebijakan mobil murah sendiri sebenarnya diadakan oleh Pemerintah untuk memenuhi ekspektasi terhadap masyarakat miskin yang ingin memiliki mobil dengan harga terjangkau. Padahal jika kita resapi dalam-dalam pernyataan pemerintah tersebut, pertanyaan nya apakah benar bahwa masyarakat miskin membutuhkan mobil? Dan semurah apa mobil yang bisa dibeli oleh masyarakat miskin itu sendiri?

Jangan sampai dalih pemerintah dalam mengadakan kebijakan produksi besar-besaran mobil murah ini disamakan dengan kemampuan masyarakat dalam membeli kacang goreng yang harganya murah sekali dan bahkan dijajakan oleh pedagang di pinggir jalan pada acara keramaian masyarakat seperti Jaipongan, Layar Tancap dan dangdutan. 

Kebijakan mobil murah tentunya tidak seperti kebijakan impor beras, kedelai, dan juga segala macam kebijakan impor kebutuhan sehari-hari masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak yang disebabkan kekurangan stok didalam negeri sendiri, tapi kebijakan mobil mewah seperti hari ini hanya tetap akan dinikmati oleh mereka yang memiliki uang melimpah (uang nganggur) dan pasti hanya akan dibeli oleh mereka yang notabene sudah memiliki mobil sebelumnya. 

Dan perlu dicatat pula, bahwa rakyat miskin tidak membutuhkan mobil murah. Rakyat miskin hanya butuh: Harga-harga bahan pokok yang murah dan stok yg melimpah, kemanan dan ketertiban masyarakat, lapangan pekerjaan yang memadai, pendidikan yang murah tapi tidak murahan, dan juga biaya kesehatan gratis. Bukan mobil murah yang dibutuhkan seperti layaknya alasan pemerintah dalam mengadakan kebijakan mengenai mobil murah ini berapa pun biaya nya.
 

Translate

Search This Blog