0

RAMADHAN YANG PALING ASYIK YA DI INDONESIA #6

Pernah mendengar Istilah “Ngabuburit”? Mungkin bagi anda semua warga jawa barat istilah tersebut sudah tidak asing lagi. Di setiap Bulan Ramadhan datang aktivitas itu sering dilakukan guna menunggu waktu datang nya berbuka. Ngabuburit berasal dari kata Burit atau Sore dalam bahasa Indonesia. Sore adalah waktu yang menunjukan waktu berbuka puasa. Jadi ngabuburit adalah segala macam kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang sedang berpuasa guna menunggu waktu datang nya berbuka.

Ketika seseorang sedang Berpuasa, yang artinya dia sedang melakukan sebuah ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya, maka segala aktivitas yang dia lakukan hendaknya merupakan sebuah aktivitas yang baik/positif. Aktivitas positif ini banyak jenis dan macam nya, namun yang lebih penting dan sedikiti gampang kita ambil sample/contoh apa itu perbuatan positif ialah tidak berboros ria.

Kenapa berboros ria yang saya ajukan sebagai contoh? Aktivitas ngabuburit sekarang ini telah resmi diartikan atau sama dengan jalan-jalan sore. Seperti jika kita berbicara bermalam mingguan maka selalu identik dengan jalan-jalan membawa seorang pacar. Jika kita mengajak orang untuk ngabuburit maka dalam benak pikiran teman kita bahwa kita akan mengajak untuk jalan-jalan sore dengan menggunakan motor tanpa jelas arah dan tujuan dan hanya menghabiskan bensin saja.

Jalan-jalan sore tanpa tujuan itu sama dengan perilaku berboros ria. Pertama dia jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas, kedua dia menghamburkan bensin untuk jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas. Bukankah itu perilaku yang tidak positif? Jika kita kalikan orang yang ngabuburit itu sebanyak 500 orang dikalikan minimal pemakaian bensin satu liter sebesar Rp. 4.500,00 maka akan kita dapatkan sebanyak Rp. 2.250.000,00 yang dihamburkan setiap sore. Dan apabila kita kalikan sebanyak 30 hari maka akan kita dapatkan uang yang begitu saja dibakar tanpa tujuan yang jelas sebanyak 67.500.000,00. Jika keadaan nya sudah begini, saya lebih sepakat Pemerintah mencabut Subsidi untuk Motor…. Hehehehe….:D

Sebenarnya dari kata Ngabuburit kita tidak bisa langsung mengartikan bahwa Ngabuburit itu sama dengan jalan-jalan sore dengan menggunakan motor. Apakah kita tidak bisa menunggu waktu berpuasa dengan berdiskusi misalkan? Atau melakukan segalam macam hal yang tidak berboros ria itu menurut saya jauh lebih baik ketimbang hanya menghabiskan bensin di jalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.

Belum resiko kecelakaan yang harus diterima oleh semua orang dijalan. Karena harus kita akui bahwa setiap orang di jalanan Indonesia ini masih memiliki rata-rata kesempatan untuk kecelakaan yang sama dimana pun baik yang disebabkan oleh kerusakan kendaraan ataupun human error. Maka dari itu selagi kita bisa mencegah semua hal yang buruk kepada kita maka alngkah lebih baik kita menjaga semua itu sebelum terjadi pada kita. Wassalam.
0

RAMADHAN YANG PALING ASYIK, YA DI INDONESIA #5

Sekali lagi saya menemukan hal-hal yang menakjubkan sekaligus mengenaskan yang terjadi di Indonesia khususnya pada Bulan Suci Ramadhan ini. Jumlah Penduduk yang mayoritas beragama Islam menjadikan Negara ini seperti Negara Islam. Dengan umat muslim sebagai mayortitas, artinya apabila semua muslim di Indonesia bersatu dan dapat disatukan maka itu semua menjadi sebuah kekuatan yang sangat luar biasa. Jumlah Penduduk Muslim yang begitu banyak di Indonesia ini merupakan sebuah asset berharga bagi berbagai pihak yang mempunyai kepentingan. 

Terlepas itu kepentingan ekonomi, politik maupun kepentingan lain. Kepentingan – kepentingan ini kemudian dipeta kan kedalam berbagai bentuk dan cara agar bisa dipetik manfaat bagi mereka-mereka yang memiliki kepentingan tersebut. Dan apabila dimanfaatkan untuk sebuah kepentingan politik maka itu merupakan kekuatan yang besar.

Seperti hal nya di tahun ini, dimana pesta demokrasi seperti Pilpres, Pilgub Jabar dan Pilbup yang semakin sudah dekat, dan selayaknya Sistem Demokrasi yang membutuhkan suara rakyat guna memenangkan hajatan demokrasi nya, maka semua orang yang mempunyai kepentingan melakukan berbagai bentuk kampanye yang tentunya menggunakan symbol-symbol ke-agama-an seperti menggunakan Baju Koko, memakai Peci dan membawa Sajadah dengan latar belakang masjid dan ada ayat-ayat Al-Qur’an pula yang ditulis supaya membuat yang melihat tambah yakin. Symbol-symbol itu digunakan dengan maksud memperlihatkan kepada masyarakat bahwa dirinya adalah Pemimpin yang religious, pemimpin yang sholeh, dan pemimpin yang bisa dipercaya (amanah).

Biasa kita lihat itu di Baligho di pinggir jalan. Di kalender-kalender, di di jadwal Imsakiyah dan di Koran-koran berbentuk ucapan selamat menunaikan Ibadah Shaum di Bulan Ramadhan. Selain itu, nanti di akhir Bulan Ramadhan, mereka pun akan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri dan sebagainya. Biasanya disertai dengan kata-kata “mari kita sambut kemenangan” yang begitu-begitu lah… hehehe…:D.

Kenapa itu semua dilakukan oleh para orang-orang politik tersebut? Intinya sih mereka semua ingin merebut simpati masyarakat agar nanti di Pilkada-pilkada memilih mereka sebagai Pemimpin Rakyat berikutnya. Kenapa mereka memasang foto-foto mereka disana? Kalo menurut saya, karena mereka tidak pernah berbuat apapun untuk Rakyat sebelumnya. Maka nya mereka hanya mencoba untuk merebut simpati rakyat, karena tak ada yang bisa mereka buktikan pada rakyat.

Hebatnya para Politisi itu melakukan Politisasi Bulan Ramadhan agar bisa mendongkrak citra dan rating mereka di mata masyarakat tanpa mengeluarkan kinerja politik yang riil dalam upaya mereka memperjuangkan aspirasi, pendapat, keinginan dan kebutuhan masyarakat. Mereka hanya memajang foto seakan yakin bahwa masyarakat akan memilih mereka dengan hanya menempelkan foto-foto mereka.

Kenyataan nya yang terjadi adalah, masyarakat hari ini sudah pintar memberikan suara mereka kepada siapa yang benar-benar memberikan kinerja politik nya dengan yang hanya numpang temple foto di spanduk dan baligho. Bukti nyata kuat adalah kemenangan Jokowi-Ahok melawan Foke – Nara di PilGub DKI beberapa waktu yang lalu. Bukan lagi perang Baligho dan Spanduk yang terjadi disana, melainkan perang Ide dan Gagasan membangun Jakarta (Jokowi – Ahok) melawan Kekuatan Uang (Foke-Nara).

Masyarakat sekarang sudah pintar bagaimana memanfaatkan situasi Pilkada semacamnya, apabila ada yang memberi uang, maka mereka akan terima, tetapi untuk urusan memilih itu urusan yang beda lagi di TPS nanti. Jadi upaya-upaya pembodohan dengan melakukan pencitraan seakan-akan bahwa dirinya adalah orang yang shaleh melalui pemasangan spanduk dan baligho adalah hal yang salah kaprah. Siapapun orang nya bisa saja memasang spanduk dan baligho disaat bulan ramadhan tanpa perlu menjadi Politisi asalkan memiliki dana yang cukup. Hehehehe…..:D
0

RAMADHAN YANG PALING ASYIK YA DI INDONESIA #4

Ketika umat muslim di Indonesia sedang menunaikan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan, banyak yang tidak menyadari bahwa Uang begitu banyak berputar dari awal bulan hingga akhir Ramadhan. Banyak nya uang yang berputar ini tentu tidak serta begitu saja terjadi secara alamai, tapi perputaran uang yang sangat besar ini merupakan hasil dari “by design”. 

Siapa yang mendesain ini semua? Apa tujuan nya? Tentu saja yang mendesain ini semua adalah Para Pemegang Modal. Para pemegang modal ini mendesain agar semakin banyak uang yang berputar maka semakin banyak pula yang masuk ke kantung para pemodal tersebut.

Coba kita bayangkan apa yang biasa kita lakukan di Bulan – bulan biasa? Apakah kita berbelanja sebesar di Bulan Ramadhan? Tidak percaya? Jika anda yang sudah biasa berpuasa sunnah di hari senin dan kamis atau puasa sunnah Nabi Daud, apakah anda begitu bernafsu seperti di Bulan Ramadhan ini?

Keinginan – keinginan akan makanan, pakaian, perlengkapan – perlengkapan ibadah yang serba baru lebih besar muncul di Bulan Ramadhan ini. Keinginan untuk membeli makanan untuk berbuka puasa sangat banyak. Dari mulai kolak hingga es buah-buahan. Kemudian makanan-makanan ringan sampai minuman jus seperti begitu nikmat terasa di kerongkongan apabila dibayangkan pada waktu berbuka puasa. Padahal, sebagaimana orang yang berpuasa, hanya dengan meminum air putih segelas saja, perut kita sudah akan sangat kekenyangan sekali. Padahal ketika siang hari berpuasa, semua hal yang terasa enak begitu kita inginkan.

Begitupula dengan pakaian – pakaian baru. Semua jenis pakaian baru muncul di Bulan Ramadhan dengan aneka diskon yang menggiurkan. Padahal apa bedanya memakai pakaian baru di Idul Fitri dengan pakaian baru di bulan – bulan biasa? Tidak ada bedanya sama sekali.

Semua yang terjadi itu bukan tanpa sebuah “desain” yang hebat dari para pemilik modal itu. Mereka bersama-sama mendesain hal tersebut guna mengeruk keuntungan untuk mereka semua. Benarkan begitu nikmat nya Minuman-minuman yang dikemas dan di iklankan itu? Benarkah begitu enak makanan-makanan yang di iklankan itu? Benarkah begitu penting untuk memakai pakaian baru di Hari Idul Fitri?

Dan hal yang paling mengenaskan dari itu semua, semenjak kita anak-anak lah kita mendapat dan dijejali oleh pemikiran Hedonisme itu. Melalui televise itu lah semua nya dilakukan. Melalui televise itulah sistem kepitalisme dan hedonism itu di-create dalam benak pikiran anak-anak Indonesia sejak masih kecil. Kenapa? Karena Orang muslim yang paling banyak itu ada di Indonesia.
1

RAMADHAN YANG PALING ASYIK, YA DI INDONESIA #3

Indonesia merupakan Surga bagi semua orang yang bersyukur akan Anugerah Tuhan pada Negeri ini. Dengan jumlah Penduduk Muslim terbesar di Dunia, hari –hari besar Agama Islam termasuk Bulan Ramadhan dan Idul Fitri menjadi surga yang sangat Indah bagi semua orang yang ingin memetik untung. 

Setiap kali Bulan Ramadhan tiba, dimana pun tempat nya semua orang yang ingin memetik dan mencari untung bisa mendapatkan nya. Apabila Bulan Ramadhan tiba, yang di bulan-bulan lain tidak berdagang pun berubah menjadi Pedagang. Ajaran Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan apabila berbuka Puasa disarankan untuk berbuka dengan yang manis memberikan dorongan kepada semua orang untuk menikmati manis nya memetik rupiah dari berjualan aneka makanan yang berasa manis.

Hampir di semua tempat, pedagang menjajakan aneka makanan yang manis. Kolak, Manisan Buah, Kolang kaling adalah berbagai contoh makanan yang banyak dijajakan di Bulan Ramadhan. Sebenarnya, di bulan-bulan biasa pun makanan seperti itu biasa kita jumpai pula. Namun di Bulan Ramadhan ini, makanan-makanan tersebut seperti Jamur di musim hujan.

Yang lebih aneh lagi adalah, semua pedagang yang menjajakan makanan itu kebanyakan bukan merupakan pedagang yang sudah biasa berdagang di bulan-bulan yang lain. Mereka adalah pedagang “gadungan” yang berusaha mengais rezeki di Bulan Ramadhan ini. Artinya adalah, ada sebuah iklim berwirausaha yang baik di Indonesia yang tumbuh ketika Bulan Ramadhan.

Dan baik nya orang-orang Indonesia di Bulan Ramadhan ini adalah mereka tidak kenal takut dengan kebangkrutan ketika dagangan mereka tidak laku atau tidak habis terjual. Para pedagang ini akan dengan sangat senang hati memberikan dagangan nya apabila tidak habis kepada tetangga mereka.

Yang saya merasa heran dalam benak saya adalah, mereka yang berdagang ini seperti tidak mempunyai rasa ke khawatiran akan nasib dagangan mereka. Tidak ada ke khawatiran akan laku atau tidak dagangan mereka, tidak khawatir dagangan mereka akan habis atau tidak. Ini dibuktikan dengan dari mulai awal bulan ramadhan hingga menjelang akhir ramadhan mereka tetap berdagang meskipun kadang dagangan mereka tidak habis.

Secara hitung-hitungan materi, jika modal saja tidak kembali bagaimana akan mau kita untuk berdagang kembali. Tapi tidak dengan pedagang-pedagang makanan di Indonesia ini. Mereka setiap hari berdagang dengan dagangan yang sama dari awal bulan Ramadhan hingga menjelang akhir bulan Ramadhan. Sungguh luar biasa fenomena kecil namun menarik ini.

Dalam sebuah hadits Nabi dikatakan bahwa “Barang siapa yang member makan orang berpuasa di Bulan Ramadhan mendapatkan pahala yang sama dengan orang berpuasa”. Artinya adalah, bahwa Orang Indonesia terutama Muslim di Indonesia telah meng-internailisasikan Nilai-nilai luhur Agama nya kedalam dirinya sehingga ketika datang Bulan Ramadhan ini mereka bisa berdagang sekaligus bisa beramal. Ibarat kata pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Bisa mengais rupiah dan sekaligus bisa berbagi untuk sesama.
0

RAMADHAN YANG PALING ASYIK YA DI INDONESIA #2

Indonesia negara yang unik dan asyik. Dengan jumlah Warga Muslim yang sangat besar sekali (mayoritas), maka mau tak mau bisa dikatakan bahwa Hajat Umat Muslim ini sama dengan Hajat Negara. Ketika hampir semua warga negara nya ber agama islam maka apa yang menjadi urusan umat islam menjadi urusan Negara seketika itu.

Di bagian pertama judul tulisan ini saya sudah mengemukakan bagaimana Pemerintah di Negara ini harus memutar otak guna menyediakan kepentingan dan kebutuhan umat muslim selama sebulan beribadah puasa di Indonesia dan bagaimana Pemerintah Negara ini (harus) bekerja keras guna menyiapakan itu semua tanpa perduli siapa Pemimpinnya (Presiden).

Karena Negara pun ikut bersusah payah di Bulan Ramadhan ini, maka begitupun dengan semua Industri Hiburan di Negara ini. Tak ada satupun Televisi Swasta di Negara ini yang berusaha memanjakan Semua Pemirsa di Tanah Air baik ketika waktu Santap Sahur sampai nanti waktu nya berbuka puasa.

Puluhan Stasiun Televisi Swasta berlomba menaikan rating acara mereka dengan menggunakan berbagai cara, baik itu dengan membagikan uang dengan kuis. Mengundang bintang tamu yang terkenal hingga berebut hak siar pertandingan sepak bola yang disiarkan ketika santap sahur. Karena jaminan mutu apabila sebuah televisi swasta mendapatkan hak siar pertandingan sepak bola manca negara apalagi yang bertanding tim besar maka bisa dipastikan acara yang lain kalah.

Hal yang lajim terjadi di Bulan Ramadhan ini adalah bagaimana semua acara Televisi di waktu Santap Sahur itu menyajikan Hiburan Komedi. Para comedian tanah air menjadi sangat kebanjiran job di Bulan Ramadhan tiap tahun nya. Komeng, Sule, Andre, Adul, Trio Narji, Wendy dan Deni serta Olga Syahputra sangat sibuk sekali di bulan ini. Mereka bekerja bagaimana caranya memuaskan para penonton di rumah yang sedang santap sahur. Selain itu, Tabligh Akbar juga sangat sering dilaksanakan. Para Ustad baru sampai Ustad lama silih berganti di Televisi mengisi acara Tabligh. Dari Ustad yang bayarannya murah sampai Ustad yang bayarannya selangit mencoba memanjakan pemirsa Rakyat Indonesia guna mengarungi Bulan ini dengan tetap hati yang senang dan gembira.

Intinya adalah, Warga Muslim di Indonesia tidak akan pernah berkekurangan apapun ketika menjalani Ibadah Puasa di negara ini. Secara kebijakan Pemerintah, mereka telah berupaya untuk menjaga ketersediaan kebutuhan selama kita berpuasa. Secara Hiburan, pihak Industri Hiburan di Indonesia sudah menyiapkan jauh-jauh hari, agar rakyat Indonesia tidak mengalami kekurangan akan hiburan di Bulan Ramadhan ini dari awal Ramadhan sampai akhir Ramadhan. Dari mulai santap sahur sampai berbuka puasa.
0

RAMADHAN YANG PALING ASYIK, YA DI INDONESIA

Indonesia merupakan sebuah Negara dengan jumlah umat muslim terbesar di dunia. Meskipun Indonesia bukan Negara Muslim, tetapi dengan jumlah yang begitu besar dan secara Historis memiliki sejarah yang panjang dalam upaya perebutan dan perjuangan Kemerdekaan Bangsa ini maka Umat Muslim memiliki tempat yang khusus di negara ini. 

Dengan jumlah yang sangat besar, maka di setiap Perayaan Hari Besar Agama nya di negara ini, menjadi satu persoalan dan memiliki cerita-cerita yang tak kunjung membuat Pemerintah harus memutar kepala guna menyediakan kebutuhan rakyat nya agar berjalan dengan baik dan lancar. 

Contoh kasus dalam Hari Besar Idul Adha, dimana Pemerintah selaku pengatur kebijakan mengenai Pemberangkatan Haji, Pemerintah begitu sibuk mengurus mengenai Haji ini, sampai-sampai untuk Urusan Ongkos Naik Haji (ONH) nya saja Pemerintah mengatur nya dalam Aturan tersendiri. Mulai dari Maskapai Penerbangan dan masalah Penginanapan Jemaah di Mekkah, Pemerintah sibuk turun tangan agar semua keperluan para Jemaah Haji bisa terhandle dengan baik dan tidak ada kekurangan. Belum lagi mengatur mengenai kuota Haji yang terus bertambah dari tahun ke tahun, sampai-sampai di Subang sendiri, waiting list untuk jemaah haji sampai tahun 2017. Jadi apabila anda ingin berangkat haji, maka anda harus menunggu sampai tahun 2018 nanti baru anda bisa dapat tempat untuk naik haji. Lain lagi dengan urusan di dalam Negeri pada saat Idul Adha, Pemerintah pun harus menyediakan stok Hewan Kurban agar jangan sampai kekurangan, karena di tanggal 10 – 13 Dzulhijah dalam kaleder Hijriah, kebutuhan akan hewan kurban yaitu Kambing dan Sapi harus benar-benar tersedia dengan cukup.

Itu untuk Hari Raya Idul Adha, belum untuk hari raya idul fitri. Pemerintah harus benar-benar memutar otak bagaimana caranya stok bahan pangan seperti sembako, bumbu-bumbu dapur, rempah-rempah sampai lauk pauk benar-benar tersedia dari awal bulan Ramadhan hingga sampai puncak nya di Hari Raya Idul Fitri. Bayangkan saja, selama sebulan penuh, umat muslim Indonesia melakukan ibadah puasa dan selama itu pula Pemerintah harus bisa menjaga agar kebutuhan Rumah tangga rakyat Indonesia bisa terpenuhi tanpa kekurangan disamping menjaga agar harga-harga kebutuhan rumah tangga tersebut tidak melonjak akibat permintaan pasar yang melonjak tinggi.

Yang paling sering kita jumpai di setiap Ramadhan adalah perbedaan penetuan tanggal dimulainya Ramadhan dan akhir Ramadhan atau Idul Fitri. Selalu terjadi perbedaan antara Pemerintah dengan Ormas Muhammadiyah. Karena Pemerintah ini berpatokan kepada Ormas NU, dan antara NU dan Muhammadiyah sering berbeda, maka berbeda lah pula dalam penentuan Awal puasa.

Yang paling lucu yang saya ingat seperti kejadian tahun kemarin. Disaat semua rakyat sudah yakin dengan penetuan tanggal akhir bulan ramadhan adalah hari esok, pemerintah mengumumkan bahwa Ramadhan baru berakhir dua hari berikut, sementara semua Ibu-ibu rumah tangga sudah terlanjur memasak guna kebutuhan di hari raya idul fitri. Belum lagi yang sedang takbiran di masjid-masjid terpaksa harus berhenti karena besok belum Idul Fitri. Sedangkan untuk yang berpatokan kepada Muhammadiyah, ya mereka tetap melanjutkan Bertakbir namun tidak dikeraskan.

Indonesia memang memiliki jumlah muslim terbesar di dunia, juga memiliki banyak perbedaan mazhab dan fiqih di para jemaah nya. Bagi yang memilih NU sebagai patokan fiqih nya, ya berarti ototmatis mengikuti Pemerintah, sedangkan yang memilih Muhammadiyah sebagai panutan fiqih nya berarti berbeda dengan pilihan umat muslim di Indonesia. Banyak pihak yang sangat menyayangkan kenapa terjadi perbedaan diantara sesama umat muslim. Setelah perbedaan itu terjadi dalam mazhab dan fiqih, mereka yang merasa perduli terhadap persatuan umat muslim di Indonesia ini berfikir bahwa untuk Ramadhan dan idul fitri itu ya bisa sama-sama lah. Hehehee…..:D
0

CIKEAS; CENDANA DI JAMAN REFORMASI

 Dijaman orde baru dulu, apabila kita mendengar ada orang suruhan “cendana” pasti kita akan langsung bergidig bulu kuduk kita. Takut, seram dan tidak bisa berbuat apa-apa apabila terjadi sesuatu yang diakibatkan oleh orang yang menjadi suruhan “Cendana” tersebut. Karena orang yang mengaku suruhan “Cendana” pastilah membawa pesan dari Pak Harto atau tidak membawa pesan dari Keluarga Cendana yang merupakan anak atau sanak family Soeharto itu sendiri.

Istilah Cendana kemudian menjadi semakin menyeramkan dari hari kehari seiring dengan makin kejam nya rezim pemerintahan soeharto. Pembunuhan, Penculikan, Penembakan dsb menjadi sebuah hal yang bisa terjadi kapan pun dan dimanapun terhadap siapapun. Cendana menjadi bagaikan “Istana” tidak resmi nya Soeharto beserta Kroni-kroni dan pendukung setia Soeharto.

Istilah Cendana juga menjadi sebuah hal yang bisa menggambarkan hubungan dekat dengan Soeharto. Semisal “Orang dekat Cendana”, “Orang dalam Cendana” yang artinya orang tersebut merupakan orang yang mempunyai akses kedalam lingkungan keluarga Cendana. Sejak bergulirnya reformasi 98, istilah Cendana mungkin agak berkurang disebutkan orang, dikarenakan turun nya Soeharto. Orang jarang lagi membicarakan mengenai istilah cendana sekalipun. Diganti nya Soeharto oleh Habibie pun tidak lantas kemudian mengganti Istilah Cendana dengan kediaman Habibie, begitupun dengan masa pemerintahan Gus Dur dan Megawati. Baru dijaman rezim SBY, kita mengenali istilah yang sama guna menunjuk tempat kediaman seorang Presiden dan kroni-kroni nya yang dijadikan sebagai sebuah tempat rujukan dan berkumpul serta menyiapkan sesuatu. Istilag itu kini disebut CIKEAS.

Ya, CIKEAS, sebuah kawasan yang berada di Bogor itu menjadi sebuah kawasan yang identik dengan Istilah Cendana di Jaman Soeharto dan Orde Baru dahulu. Memang tidak seseram istilah Cendana dahulu, namun apa yang ditunjukan oleh SBY dimasa Pemerintahannya kini seolah seperti ingin menunjukan hal yang serupa. Misalkan untuk menjadi seorang Menteri, SBY dan Boediono memanggil para Kandidat Menteri nya tersebut ke Cikeas guna melakukan wawancara dan menandatangani sebuah “fakta integritas” meskipun sebenarnya jika kita perhatikan, adegan – adegan yang dilakukan ditahun 2009 itu tidak lebih seperti “opera sabun” murahan yang lebih diagungkan upaya pencitraan nya saja.

Lebih hari itu, SBY membuat nama Cikeas sebagai sebuah kode guna memenangkan pemenangan politik atau pemenangan hal - hal tertentu. Misalkan apabila seseorang sudah mendapat “restu cikeas”, maka dia sudah dipastikan mendapat restu dari raja cikeas itu sendiri guna mendapatkan sebuah jabatan tertentu, karena tanpa restu dari cikeas, semua jabatan strategis di Negara ini sangat sulit buat didapatkan secara biasa. Dan harus anda tahu, bukan SBY lah yang menjadi raja disana, tapi adalah sosok Ani Yudhoyono lah yang menjadi Kepala di Istana kedua SBY itu. SBY seperti menjadikan Cikeas panggung opera guna berakting dan melakukan berbagai hal dengan background Cikeas nya.

Tak salah memang apa yang dilakukan oleh SBY, toh itu semua sah-sah saja. Asalkan tidak menjadikan nama “cikeas” itu menjadi sebuah kode guna menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan dari kekuasaan. Toh kekuasaan SBY tidak akan sampai 3 tahun lagi, dan apabila sudah selesai menjadi Presiden, nama Cikeas pun tidak akan lagi identik selamanya menjadi sebuah nama tempat yang Identik dengan SBY dan kroni.
0

DEMOKRASI MENURUT SAYA; SEBUAH CATATAN PRIBADI

Beberapa hari yang lalu saya mendapat kan short message service (sms) berupa sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang dikirim oleh seorang adek angkatan yang sedang melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS). Isi pertanyaan tersebut adalah “Apa itu Demokrasi?”. Saya sadar pertanyaan itu sangat singkat sekali, hanya tiga kalimat yang dituangkan dalam pesan tersebut, tapi penjelasan mengenai pertanyaan itu tak sesingkat jawabannya. Setelah berulang-ulang kali mengetik sms lalu kemudian berulang-ulang pula menghapus nya, akhirnya saya menemukan jawaban yang cukup mewakili pemahanam saya mengenai apa itu demokrasi. 

Jawaban dari pertanyaan “Apa itu demokrasi” itu sendiri adalah
“Demokrasi adalah sebuah sistem dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara dimana setiap orang yang hidup dalam sistem tersebut memiliki Kemerdekaan dan memiliki kesempatan untuk berbicara, menyatakan pendapat, berpolitik dan juga memiliki kesempatan yang sama untuk Sejahtera”. Itulah jawaban saya tentang pertanyaan “Apa itu Demokrasi?”. Jika anda semua bertanya menurut pendapat siapakah saya memberikan jawaban tersebut, saya akan menjawab bahwa itulah demokrasi yang saya pahami dan yakini dalam hati.

Demokrasi sebagai sebuah inti sari kehidupan berbangsa dan bernegara hari ini banyak dilakukan secara proseduran dan mekanisme saja, tanpa dipahami terlebih dahulu secara perorangan/masing-masing individu. Demokrasi yang diajarkan kepada kita adalah Pilkades, Pilkada Kabupaten/Kota, PilGub/ dan PiLeg dan juga PilPres. Itulah demokrasi yang dijejalkan kepada kepala kita dari pendidikan Menengah hingga di Pendidikan Tinggi. Padahal Substansi dan Essensi dari Demokrasi itu bukanlah hal tersebut. Demokrasi merupakan upaya kita membuat sebuah sistem. Sistem yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegera. Tujuan pengaturan tersebut untuk memberikan Kemerdekaan kepada tiap orang yang hidup dalam sistem tersebut memiliki hak-hak Sipil dan Hak Politik nya dan Hak Untuk Sejahtera (Welfare Right).

Kenyataan nya pada hari ini, semua yang kita rasakan akan dampak dimulainya Reformasi dan berpindah nya kita dari Masa Kegelapan Demokrasi menuju Masa Pencerahan Demokrasi tidak diiringi dengan Peningkatan Kesejateraan Rakyat. Padahal semestinya bahwa Tujuan tertinggi Demokrasi itu bukanlah membuka selebar-lebarnya Pendaftaran Partai Politik, melainkan Terbuka Lebar nya Lapangan Pekerjaan dan Terbuka lebarnya kesempatan Berwirausaha dengan nyama dan aman diseluruh penjuru negeri tanpa terkecuali.

Yang salah dari Demokrasi kita adalah, bahwa Rakyat secara Sistem sengaja dimiskinkan oleh Penguasa dengan tujuan agar Orang Bodoh semakin banyak. Supaya Pendidikan tidak terjangkau dan mengakibatkan pengangguran yang bertambah banyak, yang pada akhir dari tujuan desain itu adalah membuat Suara Rakyat menjadi lebih Murah secara posisi tawar.

Maka menjadi seorang Kepala Daerah bisa dibeli per-suara seharga 50 ribu. Dengan dibelinya suara maka Korupsi menjadi sebuah Keniscayaan. Dengan adanya Korupsi pula Kesejahteraan Rakyat hanyalah sebuah angan-angan belaka. Barangkali memang benar apa yang dikatakan oleh Yudi Latif, bahwasanya Demokrasi kita ini telah terkontaminasi dengan Dusta. Dusta telah menjadi sebuah produk Politik yang diumbar kepada khalayak. Dusta medarah daging dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara sehingga menyebabkan

Pendidikan Demokrasi yang seharusnya diberikan oleh Para Politisi-politisi itu tidak sampai ataupun memang tidak pernah disampaikan. Karena jika memang disampaikan maka rakyat menjadi pintar, dan ketika rakyat pintar maka rakyat tahu mana yang pendusta dan mana yang jujur ataupun rakyat tahu bahwa tidak ada satupun pihak yang jujur dalam proses Ber-Demokrasi kita.

Maka dari itu, Rakyat tidak pernah diberi tahu Apa itu Demokrasi. Supaya rakyat tetap tidak tahu. Supaya rakyat tetap bodoh, agar tetap miskin. Agar tetap bisa dibeli dengan rupiah. Karena jika Rakyat pintar, maka pintu kesejahteraan akan semakin luas. Ketika Pintu kesejahteraan semakin luas, maka Cost Politik itu bukan lagi dinilai dengan sekedar Rupiah, melainkan dinilai dengan Kepercayaan Publik, Integritas yang kuat, Track Record yang panjang. Dan “harga” untuk membeli itu semua lebih mahal dibanding harga Demokrasi saat ini.
 

Translate

Search This Blog