

Terlepas itu kepentingan ekonomi, politik maupun kepentingan lain. Kepentingan – kepentingan ini kemudian dipeta kan kedalam berbagai bentuk dan cara agar bisa dipetik manfaat bagi mereka-mereka yang memiliki kepentingan tersebut. Dan apabila dimanfaatkan untuk sebuah kepentingan politik maka itu merupakan kekuatan yang besar.
Seperti hal nya di tahun ini, dimana pesta demokrasi seperti Pilpres, Pilgub Jabar dan Pilbup yang semakin sudah dekat, dan selayaknya Sistem Demokrasi yang membutuhkan suara rakyat guna memenangkan hajatan demokrasi nya, maka semua orang yang mempunyai kepentingan melakukan berbagai bentuk kampanye yang tentunya menggunakan symbol-symbol ke-agama-an seperti menggunakan Baju Koko, memakai Peci dan membawa Sajadah dengan latar belakang masjid dan ada ayat-ayat Al-Qur’an pula yang ditulis supaya membuat yang melihat tambah yakin. Symbol-symbol itu digunakan dengan maksud memperlihatkan kepada masyarakat bahwa dirinya adalah Pemimpin yang religious, pemimpin yang sholeh, dan pemimpin yang bisa dipercaya (amanah).
Biasa kita lihat itu di Baligho di pinggir jalan. Di kalender-kalender, di di jadwal Imsakiyah dan di Koran-koran berbentuk ucapan selamat menunaikan Ibadah Shaum di Bulan Ramadhan. Selain itu, nanti di akhir Bulan Ramadhan, mereka pun akan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri dan sebagainya. Biasanya disertai dengan kata-kata “mari kita sambut kemenangan” yang begitu-begitu lah… hehehe…:D.
Kenapa itu semua dilakukan oleh para orang-orang politik tersebut? Intinya sih mereka semua ingin merebut simpati masyarakat agar nanti di Pilkada-pilkada memilih mereka sebagai Pemimpin Rakyat berikutnya. Kenapa mereka memasang foto-foto mereka disana? Kalo menurut saya, karena mereka tidak pernah berbuat apapun untuk Rakyat sebelumnya. Maka nya mereka hanya mencoba untuk merebut simpati rakyat, karena tak ada yang bisa mereka buktikan pada rakyat.
Hebatnya para Politisi itu melakukan Politisasi Bulan Ramadhan agar bisa mendongkrak citra dan rating mereka di mata masyarakat tanpa mengeluarkan kinerja politik yang riil dalam upaya mereka memperjuangkan aspirasi, pendapat, keinginan dan kebutuhan masyarakat. Mereka hanya memajang foto seakan yakin bahwa masyarakat akan memilih mereka dengan hanya menempelkan foto-foto mereka.
Kenyataan nya yang terjadi adalah, masyarakat hari ini sudah pintar memberikan suara mereka kepada siapa yang benar-benar memberikan kinerja politik nya dengan yang hanya numpang temple foto di spanduk dan baligho. Bukti nyata kuat adalah kemenangan Jokowi-Ahok melawan Foke – Nara di PilGub DKI beberapa waktu yang lalu. Bukan lagi perang Baligho dan Spanduk yang terjadi disana, melainkan perang Ide dan Gagasan membangun Jakarta (Jokowi – Ahok) melawan Kekuatan Uang (Foke-Nara).
Masyarakat sekarang sudah pintar bagaimana memanfaatkan situasi Pilkada semacamnya, apabila ada yang memberi uang, maka mereka akan terima, tetapi untuk urusan memilih itu urusan yang beda lagi di TPS nanti. Jadi upaya-upaya pembodohan dengan melakukan pencitraan seakan-akan bahwa dirinya adalah orang yang shaleh melalui pemasangan spanduk dan baligho adalah hal yang salah kaprah. Siapapun orang nya bisa saja memasang spanduk dan baligho disaat bulan ramadhan tanpa perlu menjadi Politisi asalkan memiliki dana yang cukup. Hehehehe…..:D
Biasa kita lihat itu di Baligho di pinggir jalan. Di kalender-kalender, di di jadwal Imsakiyah dan di Koran-koran berbentuk ucapan selamat menunaikan Ibadah Shaum di Bulan Ramadhan. Selain itu, nanti di akhir Bulan Ramadhan, mereka pun akan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri dan sebagainya. Biasanya disertai dengan kata-kata “mari kita sambut kemenangan” yang begitu-begitu lah… hehehe…:D.
Kenapa itu semua dilakukan oleh para orang-orang politik tersebut? Intinya sih mereka semua ingin merebut simpati masyarakat agar nanti di Pilkada-pilkada memilih mereka sebagai Pemimpin Rakyat berikutnya. Kenapa mereka memasang foto-foto mereka disana? Kalo menurut saya, karena mereka tidak pernah berbuat apapun untuk Rakyat sebelumnya. Maka nya mereka hanya mencoba untuk merebut simpati rakyat, karena tak ada yang bisa mereka buktikan pada rakyat.
Hebatnya para Politisi itu melakukan Politisasi Bulan Ramadhan agar bisa mendongkrak citra dan rating mereka di mata masyarakat tanpa mengeluarkan kinerja politik yang riil dalam upaya mereka memperjuangkan aspirasi, pendapat, keinginan dan kebutuhan masyarakat. Mereka hanya memajang foto seakan yakin bahwa masyarakat akan memilih mereka dengan hanya menempelkan foto-foto mereka.
Kenyataan nya yang terjadi adalah, masyarakat hari ini sudah pintar memberikan suara mereka kepada siapa yang benar-benar memberikan kinerja politik nya dengan yang hanya numpang temple foto di spanduk dan baligho. Bukti nyata kuat adalah kemenangan Jokowi-Ahok melawan Foke – Nara di PilGub DKI beberapa waktu yang lalu. Bukan lagi perang Baligho dan Spanduk yang terjadi disana, melainkan perang Ide dan Gagasan membangun Jakarta (Jokowi – Ahok) melawan Kekuatan Uang (Foke-Nara).
Masyarakat sekarang sudah pintar bagaimana memanfaatkan situasi Pilkada semacamnya, apabila ada yang memberi uang, maka mereka akan terima, tetapi untuk urusan memilih itu urusan yang beda lagi di TPS nanti. Jadi upaya-upaya pembodohan dengan melakukan pencitraan seakan-akan bahwa dirinya adalah orang yang shaleh melalui pemasangan spanduk dan baligho adalah hal yang salah kaprah. Siapapun orang nya bisa saja memasang spanduk dan baligho disaat bulan ramadhan tanpa perlu menjadi Politisi asalkan memiliki dana yang cukup. Hehehehe…..:D
Comment :
Post a Comment