1

MIMPIKU UNTUKMU KAMPUSKU


Hampir empat tahun aku bergelut dengan mata kuliah-mata kuliah dikampus ku ini. Kampus Universitas Subang, satunya-satunya Universitas di Kabupaten Subang untuk saat ini, karena sebentar lagi bakal ada Universitas lain. Hehehehehe,,,,,

Selama empat tahun pula aku terus bermimpi dan berharap bahwa Kampus ini akan menjadi sebuah kampus besar suatu hari nanti dan akan benar-benar menjadi sebuah kampus yang menghasilkan orang-orang besar dalam bidang nya masing – masing. Dan dengan bangga semua alumni Kampus ini akan bilang “saya adalah alumni kampus itu”.

Sebuah rasa bangga akan Almamater yang telah menggodog kita semua para Mahasiswa nya untuk bisa mendapatkan pengetahuan hingga akhirnya kita semua bisa mendapatkan Kemandirian, baik itu Kemandirian Berfikir, Kemandirian Sikap ataupun akhirnya kita bisa mendapatkan Kemandirian Ekonomi.

Kalau ditanya mengenai Mimpi ku akan Kampus ini, aku mau bilang, bahwa suatu hari nanti, Kampus ku ini akan menjadi Labolatorium Ilmiah Kabupaten Subang, dimana Kampus ku ini “menyediakan” semua hal yang dibutuhkan Kabupaten Subang, dari mulai Tenaga Ahli, Tenaga Teknis, sampai Konseptor Pembangunan yang nantinya akan berkontribusi membangun Subang menjadi lebih baik. Yang kedua adalah Kampus ku ini menjadi Kampus Penghasil Tenaga-tenaga Profesional yang handal dan siap pakai. Dimana seorang Guru, seorang Konsultan Hukum, Jurnalis, Tenaga Ahli Pertanian, Tenaga Ahli Sistem Informasi, Pakar Kebijakan Publik, Tenaga Administrasi, Arsitek dan pakar-pakar Teknik lainnya dihasilkan.

Yang ketiga aku bermimpi bahwa Kampus ku akan menghasilkan Ilmuan-ilmuan berkaliber tingkat nasional (tidak usah dulu tingkat Internasional, nanti menyusul) yang pendapatnya menghiasi kolom dan rubrik serta buku-buku ajar maupun buku teks. Karena dari sinilah nanti akan muncul Guru-guru Besar yang berwibawa dan mengharumkan Alamater.

Yang ke-empat adalah, aku bermimpi suatu hari nanti, dari kampus ku akan dihasilkan politisi-politisi handal yang punya Idealisme dan Prinsip dalam berpolitik dan hanya punya tujuan untuk mensejahterakan rakyat sebagai “pekerjaan” nya. Bukan sebagai Penghasil Politisi-politisi gadungan yang kerjanya menguras uang rakyat dan ujung-ujung nya hanya menjadi penghuni “hotel prodeo” saja. Bukannya mengharumkan nama almamater tapi malah bikin malu almamater saja.
Yang kelima dari mimpiku adalah, bahwa kampus ku akan menjadi sebuah Kawah Candradimuka bagi seluruh Mahasiswa nya dalam menggembleng dirinya untuk menatap masa depan yang cerah dengan tidak hanya menjadikan ruang kuliah “hanya” sebagai ruang belajar, namun menjadikan “masa-masa” menjadi seorang Mahasiswa sebagai sebuah masa menggembleng diri dengan meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang Mahasiswa yang dikemudian hari apabila dia bersaing dengan Lulusan Mahasiswa-mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ataupun Perguruan Tinggi Swasta tidak malu hanya karenan dirinya berasal dari Perguruan Tinggi Swasta yang berada di kawasan “Nyimplung”.

Mimpiku yang ke-enam adalah, aku ingin melihat semua Mahasiswa dikampus ku ini menjadi Mahasiswa yang Cerdas, Kritis dan Aktif dan Dinamis. Bersaing berebut untuk menjadi Ketua Himpunan Jurusan, Presiden BEM Fakultas ataupun Presiden BEM Universitas juga Jabatan yang sedang kupegang ini sebagai Ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLM).

Harusnya kita semua sekarang ini sedang berdarah-darah berebut kursi kepemimpinan dengan saling melemparkan argumentasi-argumentasi rasional bahwa kitalah yang paling pantas untuk menjadi Pemimpin diantara para mahasiswa yang ada di kampus ini, bukan yang lain. Jangan kita sia-sia kan masa-masa menjadi Mahasiswa ini, karena masa ini hanya akan terjadi sekali dalam hidup kita. Jayalah Kampus ku, Dinamislah Mahasiswaku.
0

Aktifis; Antara umat dan syahwat

Menjadi seorang Mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan baik didalam maupun diluar kampus mempunyai banyaki tantangan tersendiri dalam eksistensi nya. Dijaman yang sudah serba cepat dan canggih hari ini, dunia aktifis kemahasiswaan selalu dihadapkan dengan berbagai dilema yang menghadang. Mulai dari Mahasiswa yang apatis hingga problem kehidupan pragmatis.

Kenyataan ini merupakan sebuah realitas kongkrit yang harus dibaca dengan Arif, apakah kita juga akan sama-sama apatis terhadap orang yang apatis atau kita ikut menjadi orang-orang yang pragmatis yang menilai sesuatu dengan Qadar (ukuran) yang tidak ilmiah. Dilema besar bagi seorang Mahasiswa yang secara normal mendambakan sebuah hidup yang sama hal dengan Mahasiswa yang lain yang bisa ikut dengan perkembangan jaman seperti layak nya segala sesuatu yang Fun, Food, Fashion dan Forno….

Terlebih ketika kita menjadi aktifis mahasiswa muslim di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). HMI telah meng-ikrarkan diri bahwa Kader HMI adalah Kader Umat dan Kader Bangsa yang dalam hidup nya di HMI merupakan sebuah Perjuangan guna Mewujudkan Indonesia Adil Makmur yang Diridhoi Allah SWT guna menjadi Insan Intelektual, Insan Muslim dan Insan Profesional.

Karena persoalan itulah bisa timbul sebuah Problem yang membuat seseorang bisa mengalami Kejenuhan dan Kebosanan untuk terus bisa berbuat dengan cara mengabdi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian. Hingga akhirnya Mahasiswa di jaman ini akan mengalami sebuah Dilema yang akan mencapai Titik Nadir nya dengan berpaling kedalam hal-hal yang tidak semestinya dan mengabaikan Umat dan Bangsa nya karena merasa bahwa ketika tidak memiliki hal yang sama dengan yang dimiliki rekan-rekannya disebuah “organisasi” maka tidak memiliki ke-normal-an sebagai manusia yang tidak punya “syahwat” yang sama dengan Mahasiswa yang lainnya.

Maka, apa jadinya apabila Kader Muslim Pembaharu ini yang senantiasa mengawal Bangsa Indonesia dari pertama berdiri hingga sekarang akan mencapai usia yang ke-65 sudah mempunya titik konsentrasi yang berbeda dan tidak memperdulikan lagi nasib para “mustad afin” sebagai kawan yang harus diperjuangakan. Ukuran SYAHWAT di Organisasi ini tidak BERKORELASI dan “tidak mempunyai Irisan yang sama” apalagi tidak ada “variabel pembanding” yang bisa membuktikan tingkat kesuksesan ber-organisasi dan menjadi seorang Pemimpin yang Ideal yang mengurusi persoalan Umat dan Bangsa dihubungkan dengan Persoalan Privat seperti persoalan SYAHWAT.

Kejelasan sikap seseorang hanya bisa dilihat dari apa yang diargumentasikan bukan dilihat dari bagaimana persoalan privat nya dibawa kedalam ranah public yang dimana per-individu – individu yang lain mempunyai persoalan yang berbeda-beda. Dan tiap-tiap persoalan Individu hanya bisa diselesaikan oleh masing-masing Individu tersebut, dan tidak bisa menjadi persoalan Publik. Orang lain hanyalan stimulus pemikiran bukanlah sebuah solusi.
 

Translate

Search This Blog