0

Aktifis; Antara umat dan syahwat

Menjadi seorang Mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan baik didalam maupun diluar kampus mempunyai banyaki tantangan tersendiri dalam eksistensi nya. Dijaman yang sudah serba cepat dan canggih hari ini, dunia aktifis kemahasiswaan selalu dihadapkan dengan berbagai dilema yang menghadang. Mulai dari Mahasiswa yang apatis hingga problem kehidupan pragmatis.

Kenyataan ini merupakan sebuah realitas kongkrit yang harus dibaca dengan Arif, apakah kita juga akan sama-sama apatis terhadap orang yang apatis atau kita ikut menjadi orang-orang yang pragmatis yang menilai sesuatu dengan Qadar (ukuran) yang tidak ilmiah. Dilema besar bagi seorang Mahasiswa yang secara normal mendambakan sebuah hidup yang sama hal dengan Mahasiswa yang lain yang bisa ikut dengan perkembangan jaman seperti layak nya segala sesuatu yang Fun, Food, Fashion dan Forno….

Terlebih ketika kita menjadi aktifis mahasiswa muslim di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). HMI telah meng-ikrarkan diri bahwa Kader HMI adalah Kader Umat dan Kader Bangsa yang dalam hidup nya di HMI merupakan sebuah Perjuangan guna Mewujudkan Indonesia Adil Makmur yang Diridhoi Allah SWT guna menjadi Insan Intelektual, Insan Muslim dan Insan Profesional.

Karena persoalan itulah bisa timbul sebuah Problem yang membuat seseorang bisa mengalami Kejenuhan dan Kebosanan untuk terus bisa berbuat dengan cara mengabdi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian. Hingga akhirnya Mahasiswa di jaman ini akan mengalami sebuah Dilema yang akan mencapai Titik Nadir nya dengan berpaling kedalam hal-hal yang tidak semestinya dan mengabaikan Umat dan Bangsa nya karena merasa bahwa ketika tidak memiliki hal yang sama dengan yang dimiliki rekan-rekannya disebuah “organisasi” maka tidak memiliki ke-normal-an sebagai manusia yang tidak punya “syahwat” yang sama dengan Mahasiswa yang lainnya.

Maka, apa jadinya apabila Kader Muslim Pembaharu ini yang senantiasa mengawal Bangsa Indonesia dari pertama berdiri hingga sekarang akan mencapai usia yang ke-65 sudah mempunya titik konsentrasi yang berbeda dan tidak memperdulikan lagi nasib para “mustad afin” sebagai kawan yang harus diperjuangakan. Ukuran SYAHWAT di Organisasi ini tidak BERKORELASI dan “tidak mempunyai Irisan yang sama” apalagi tidak ada “variabel pembanding” yang bisa membuktikan tingkat kesuksesan ber-organisasi dan menjadi seorang Pemimpin yang Ideal yang mengurusi persoalan Umat dan Bangsa dihubungkan dengan Persoalan Privat seperti persoalan SYAHWAT.

Kejelasan sikap seseorang hanya bisa dilihat dari apa yang diargumentasikan bukan dilihat dari bagaimana persoalan privat nya dibawa kedalam ranah public yang dimana per-individu – individu yang lain mempunyai persoalan yang berbeda-beda. Dan tiap-tiap persoalan Individu hanya bisa diselesaikan oleh masing-masing Individu tersebut, dan tidak bisa menjadi persoalan Publik. Orang lain hanyalan stimulus pemikiran bukanlah sebuah solusi.
 

Translate

Search This Blog