0

RAMADHAN YANG PALING ASYIK YA DI INDONESIA #6

Pernah mendengar Istilah “Ngabuburit”? Mungkin bagi anda semua warga jawa barat istilah tersebut sudah tidak asing lagi. Di setiap Bulan Ramadhan datang aktivitas itu sering dilakukan guna menunggu waktu datang nya berbuka. Ngabuburit berasal dari kata Burit atau Sore dalam bahasa Indonesia. Sore adalah waktu yang menunjukan waktu berbuka puasa. Jadi ngabuburit adalah segala macam kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang sedang berpuasa guna menunggu waktu datang nya berbuka.

Ketika seseorang sedang Berpuasa, yang artinya dia sedang melakukan sebuah ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya, maka segala aktivitas yang dia lakukan hendaknya merupakan sebuah aktivitas yang baik/positif. Aktivitas positif ini banyak jenis dan macam nya, namun yang lebih penting dan sedikiti gampang kita ambil sample/contoh apa itu perbuatan positif ialah tidak berboros ria.

Kenapa berboros ria yang saya ajukan sebagai contoh? Aktivitas ngabuburit sekarang ini telah resmi diartikan atau sama dengan jalan-jalan sore. Seperti jika kita berbicara bermalam mingguan maka selalu identik dengan jalan-jalan membawa seorang pacar. Jika kita mengajak orang untuk ngabuburit maka dalam benak pikiran teman kita bahwa kita akan mengajak untuk jalan-jalan sore dengan menggunakan motor tanpa jelas arah dan tujuan dan hanya menghabiskan bensin saja.

Jalan-jalan sore tanpa tujuan itu sama dengan perilaku berboros ria. Pertama dia jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas, kedua dia menghamburkan bensin untuk jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas. Bukankah itu perilaku yang tidak positif? Jika kita kalikan orang yang ngabuburit itu sebanyak 500 orang dikalikan minimal pemakaian bensin satu liter sebesar Rp. 4.500,00 maka akan kita dapatkan sebanyak Rp. 2.250.000,00 yang dihamburkan setiap sore. Dan apabila kita kalikan sebanyak 30 hari maka akan kita dapatkan uang yang begitu saja dibakar tanpa tujuan yang jelas sebanyak 67.500.000,00. Jika keadaan nya sudah begini, saya lebih sepakat Pemerintah mencabut Subsidi untuk Motor…. Hehehehe….:D

Sebenarnya dari kata Ngabuburit kita tidak bisa langsung mengartikan bahwa Ngabuburit itu sama dengan jalan-jalan sore dengan menggunakan motor. Apakah kita tidak bisa menunggu waktu berpuasa dengan berdiskusi misalkan? Atau melakukan segalam macam hal yang tidak berboros ria itu menurut saya jauh lebih baik ketimbang hanya menghabiskan bensin di jalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.

Belum resiko kecelakaan yang harus diterima oleh semua orang dijalan. Karena harus kita akui bahwa setiap orang di jalanan Indonesia ini masih memiliki rata-rata kesempatan untuk kecelakaan yang sama dimana pun baik yang disebabkan oleh kerusakan kendaraan ataupun human error. Maka dari itu selagi kita bisa mencegah semua hal yang buruk kepada kita maka alngkah lebih baik kita menjaga semua itu sebelum terjadi pada kita. Wassalam.
0

RAMADHAN YANG PALING ASYIK, YA DI INDONESIA #5

Sekali lagi saya menemukan hal-hal yang menakjubkan sekaligus mengenaskan yang terjadi di Indonesia khususnya pada Bulan Suci Ramadhan ini. Jumlah Penduduk yang mayoritas beragama Islam menjadikan Negara ini seperti Negara Islam. Dengan umat muslim sebagai mayortitas, artinya apabila semua muslim di Indonesia bersatu dan dapat disatukan maka itu semua menjadi sebuah kekuatan yang sangat luar biasa. Jumlah Penduduk Muslim yang begitu banyak di Indonesia ini merupakan sebuah asset berharga bagi berbagai pihak yang mempunyai kepentingan. 

Terlepas itu kepentingan ekonomi, politik maupun kepentingan lain. Kepentingan – kepentingan ini kemudian dipeta kan kedalam berbagai bentuk dan cara agar bisa dipetik manfaat bagi mereka-mereka yang memiliki kepentingan tersebut. Dan apabila dimanfaatkan untuk sebuah kepentingan politik maka itu merupakan kekuatan yang besar.

Seperti hal nya di tahun ini, dimana pesta demokrasi seperti Pilpres, Pilgub Jabar dan Pilbup yang semakin sudah dekat, dan selayaknya Sistem Demokrasi yang membutuhkan suara rakyat guna memenangkan hajatan demokrasi nya, maka semua orang yang mempunyai kepentingan melakukan berbagai bentuk kampanye yang tentunya menggunakan symbol-symbol ke-agama-an seperti menggunakan Baju Koko, memakai Peci dan membawa Sajadah dengan latar belakang masjid dan ada ayat-ayat Al-Qur’an pula yang ditulis supaya membuat yang melihat tambah yakin. Symbol-symbol itu digunakan dengan maksud memperlihatkan kepada masyarakat bahwa dirinya adalah Pemimpin yang religious, pemimpin yang sholeh, dan pemimpin yang bisa dipercaya (amanah).

Biasa kita lihat itu di Baligho di pinggir jalan. Di kalender-kalender, di di jadwal Imsakiyah dan di Koran-koran berbentuk ucapan selamat menunaikan Ibadah Shaum di Bulan Ramadhan. Selain itu, nanti di akhir Bulan Ramadhan, mereka pun akan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri dan sebagainya. Biasanya disertai dengan kata-kata “mari kita sambut kemenangan” yang begitu-begitu lah… hehehe…:D.

Kenapa itu semua dilakukan oleh para orang-orang politik tersebut? Intinya sih mereka semua ingin merebut simpati masyarakat agar nanti di Pilkada-pilkada memilih mereka sebagai Pemimpin Rakyat berikutnya. Kenapa mereka memasang foto-foto mereka disana? Kalo menurut saya, karena mereka tidak pernah berbuat apapun untuk Rakyat sebelumnya. Maka nya mereka hanya mencoba untuk merebut simpati rakyat, karena tak ada yang bisa mereka buktikan pada rakyat.

Hebatnya para Politisi itu melakukan Politisasi Bulan Ramadhan agar bisa mendongkrak citra dan rating mereka di mata masyarakat tanpa mengeluarkan kinerja politik yang riil dalam upaya mereka memperjuangkan aspirasi, pendapat, keinginan dan kebutuhan masyarakat. Mereka hanya memajang foto seakan yakin bahwa masyarakat akan memilih mereka dengan hanya menempelkan foto-foto mereka.

Kenyataan nya yang terjadi adalah, masyarakat hari ini sudah pintar memberikan suara mereka kepada siapa yang benar-benar memberikan kinerja politik nya dengan yang hanya numpang temple foto di spanduk dan baligho. Bukti nyata kuat adalah kemenangan Jokowi-Ahok melawan Foke – Nara di PilGub DKI beberapa waktu yang lalu. Bukan lagi perang Baligho dan Spanduk yang terjadi disana, melainkan perang Ide dan Gagasan membangun Jakarta (Jokowi – Ahok) melawan Kekuatan Uang (Foke-Nara).

Masyarakat sekarang sudah pintar bagaimana memanfaatkan situasi Pilkada semacamnya, apabila ada yang memberi uang, maka mereka akan terima, tetapi untuk urusan memilih itu urusan yang beda lagi di TPS nanti. Jadi upaya-upaya pembodohan dengan melakukan pencitraan seakan-akan bahwa dirinya adalah orang yang shaleh melalui pemasangan spanduk dan baligho adalah hal yang salah kaprah. Siapapun orang nya bisa saja memasang spanduk dan baligho disaat bulan ramadhan tanpa perlu menjadi Politisi asalkan memiliki dana yang cukup. Hehehehe…..:D
 

Translate

Search This Blog